Semangat!

Semangat, ya!
Terus membuat cerita!
Ayoo!

Sunday, July 4, 2010

Update Terus - "Asrama Colorful Towers" - part 4

Bab 4
Amy di UGD, Claudia di Ruang Sidang dan Aksi Steffany
Di dalam persidangan kesalahan Claudia, pemimpin sidang masih mencari saksi ahli, dan Sherly mengajukan diri untuk menjadi saksi. Sherly berkata “saat kejadian itu, aku berada diluar kamar, saat aku mau masuk kamar, a.. aku.. seketika melihat dulu keadaan da.. dalam ka.. kamar. Namun, aku melihat a.. ada Claudia dan a.. Amy yang terlihat bah.. bahwa Claudia sedang mendorong a.. Amy sambil menangisi gelangnya yang ti.. tidak apa-apa, tidak ada kerusa.. kan.. tadinya ku.. kukira karena gelangnya dirusak.. ter.. nyata.. tidak..”. “HAH? IA ADA DISANA TADI? Tapi, mengapa ia tidak membantu salah satu diantara aku dan Amy?” batin Claudia dalam hati “oh, dia ‘kan pemalu dan selalu tertutup!”. Namun, seketika untuk memperbaik keadaan, Claudia angkat tangan dan berkata “AKU MAU BERKATA APA SEBABNYA AKU MENDORONGNYA!” “ia selalu mengikutiku setiap hari.”. “itu mungkin ada sebabnya. Mungkin karena ia ingin tau mengapa kau selalu menangis setiap malam!” teriak Steffany yang baru saja memasuki ruang sidang “tetapi aku sudah tau apa sebabnya. Selama ini aku sudah tinggal bertahun-tahun di seberang rumahmu. Kau ini memang anak manja. Setiap sore aku melihatmu duduk di depan teras sambil memeluk ibumu! Setiap sore kulihat itu. Sementara aku selalu iri, karena ibuku kerja setiap hari dan kurang memperhatikanku! Maka dari itu, sekalinya kau ditinggal ibumu, kamu langsung menangis setiap waktu tanpa dilihat siapapun. Kamu yang bersifat keras tidak mau dilihat sebagai anak yang lemah di suatu waktu. Sementara aku yang sudah selalu kuat berpisah dengan ibuku, sehingga aku tidak terlihat menangis di setiap hari. Tetapi aku rasa kamu sama sekali tidak merasa menyesal setelah mendorong Amy sangat keras! Ia juga sahabat kita, Claudia!” “hah? Sahabat kau bilang? Ia penguntit! Aku benci padanya.. bencii! Aku benci padamu juga, Steffany! Apa yang kau katakan selalu menyakitiku! Itu benar apa perkataanmu benar! Ya, itu semua benaaaar sekalii, Steffany jelek! Kau iri, kan? Iri saja sendiri, anak jeleeeeek!” ucap Claudia keceplosan. Nyonya Vallen yang mendengar itu tentu marah dan langsung memberitahu kalau Claudia akan langsung dihukum, yaitu harus tinggal di ruang hukuman selama dua minggu, tidak diperbolehkan memasuki kelas selama dua minggu, dan harus menerima pelajaran tambahan bahasa spanyol di saat ia sudah boleh masuk kelas selama seminggu. Claudia tentu kesal pada Steffany yang membuatnya keceplosan.
Didepan ruang UGD, Geliza dan Violet saja yang menunggu pengobatan Amy, karena yang lainnya sudah pergi ke ruang rapat. Untuk apa? Pastinya untuk membahas soal Amy dan Claudia. Seketika muncul Steffany yang datang dari ruang sidang dan duduk diam disebelah Geliza. “bagaimana? Kesaksiamu berhasil?” tanya Geliza dengan sedikit rasa cemas yang menghantuinya. “ya, berhasil. Bagaimana kabar Amy?” tanya balik Steffany. “jururawat tadi berkata mungkin Amy harus diobati beberapa lama lagi. Mereka sudah memanggil dokter dari kota, dan katanya sore ini hanya bibi Amy saja yang akan datang, bibi Kelly. Aku harap bibi Kelly adil dan dapat memberi hukuman yang lebih adil untuk Claudia.” Seketika jururawat tampak keluar ruang pengobatan, dan mengabarkan bahwa setengah jam lagi Amy sudah dapat dijenguk. “lukanya tidak terlalu parah. Hanya sedikit kulitnya terkelupas dan berdarah, tulangnya tak masalah, tidak ada pergeseran satu millimeter pun, tak masalah. Kakinya hanya terkilir, sakit ringan.” Kabar jururawat yang baru keluar. “aah.. terimakasiih! Untung Amy tidak apa-apa!” batin Steffany dan Geliza dalam hati, sementara Violet hanya tersenyum senang. Mereka pun segera berlari ke ruang rapat dan mengabarkan kabar baik tentang Amy, lalu memberitahukan juga pada Miss Lauren, Miss Davina, dan Nyonya Vallen. Rapat Claudia pun tertunda, semuanya berlari segera ke depan ruang UGD untuk mengetahui keadaan lengkapnya Amy.
Setengah jam kemudian, Steffany, Geliza dan Violet masuk menjenguk Amy. Sekarang, Amy sudah terlihat cukup sehat, walau wajahnya masih agak pucat. Amy berkata “walaupun daritadi aku berada diruang UGD, aku tidak pingsan, bahkan aku mendengar kesaksian Steffany, Sherly, dan bantahan Claudia. Aku senang, jururawat menghiburku selama lukaku diobati sedikit demi sedikit. Aku sama sekali tidak merasa sakit, malah aku sangat-sangat senang, karena kata jururawat kalian menungguiku didepan sampai aku bisa dijenguk. Benarkah apa kata jururawat itu?” “ya, benar sekali, teman.” Jawab Geliza “teman? Terimakasih Geliza! Aku temanmu? Berarti kau juga temanku, ‘kan!” seru Amy senang. “ya, kau teman kami semua!” lanjut Steffany yang disambut oleh senyum manis Violet. “senangnya!” seru Amy sangat semangat. Mereka semua pun bercanda tawa selama beberapa lama, sampai jam masuk kelas, satu jam kemidian. Amy masih belum boleh masuk kelas, tetapi masih harus berada di UGD beberapa hari lagi. Sebelum semuanya keluar, tiba-tiba Amy berseru “Steffany! Ada yang mau aku tanyakan!” “ya, apa?” Tanya Steffany. “kamu dulu tetangga Claudia, kan? Apa kau tau tentang gelang Claudia?” tanya Amy “ya, tentu saja! Aku tau tentang gelang itu. Gelang itu ia dapat dari hasil ia menjahili teman baiknya sendiri di sekolah yang dulu, aku juga dulu satu sekolah dengannya. Ia mencuri gelang itu, tetapi kini ia menyesal seumur hidup. Ia selalu menangisi gelang itu. Memang ada apa?” jawab dan tanya Steffany. “begini, aku kenal dengan gelang itu. Dulu ada saudaraku yang sebaya denganku, ia pindah entah kemana saat umurnya masih sekitar dua atau tiga tahunan, dulunya kami selalu bermain. Tadinya aku takut kalau saudaraku itu Claudia, karena nama tengah Claudia ‘kan Maura, dan dahulu saudara sepupuku itu dipanggil Maura juga. Apa nama temannya itu ada Mauranya? Karena waktu kecil aku tidak terlalu hapal dengan namanya. Kalau tidak salah Clara Maura Laulavea Bintang” jawab dan tanya Amy. “ya. Nama temannya itu mirip dengan nama yang kau sebutkan, hanya beda sedikit, Clara Maura Laulavealla Bintang.” Jawab Steffany. “Hufh, untung ternyata bukan Claudia saudaraku! Tak apalah, ya sudah. Daah!”

No comments:

Post a Comment