Semangat!

Semangat, ya!
Terus membuat cerita!
Ayoo!

Sunday, July 4, 2010

Rasa Serakah

lemon dan teman-temannya mengadakan pesta di istana permata. Mereka menonton para penyanyi menyanyikan lagu-lagu nan indah.
lemon : “hey, penyanyi yang itu bagus, loh suaranya!”
berry : “oh, ya? Andai saja a.. aku membawa berries camera, a.. aku ‘kan jadi bisa me.. memotret penyanyi itu dan merekam video!”
grape : “aku saja tidak membawa grape handphone!”
banana : “eh, kamu bawa lemon handy cam nggak?”
lemon : “nggak! Lupa, kamu sendiri bawa banana camera?”
banana : “nggak. Ngomong-ngomong penyanyi itu plum, kan?”
lemon : “yup!”
grape : “dia emang penyayi terkenal, ya?”
berry : “i.. iya, emang kamu ng.. ng.. nggak tau, grape?”
grape : “tau, lah!”
banana : “kirain..”
grape : “apa, huh?”
banana : “hey, jangan gitu, dong! Aku kan nggak marah-marah ngomongnya!”
lemon : “stooooooooooop! Jangan berantem!”
suasana pun seketika sunyi senyap. Semuanya terdiam.
Lemon : “kalian itu mirip anak kecil, tau nggak!”
Berry : “hmm.. i.. iya! Betul apa kata lemon!!”
Lime : “eh, ada apa nih?”
Lemon : “ini, grape sama banana berantem!”
Lime : “bukannya dulu mereka selalu main di kebun istana yang sama?”
Berry : “iya, t.. ta.. tapi..”
Lemon : “tapi apa, berry?”
Berry : “ng.. ng.. ngga.. nggak..!”
Lime : “berry..!”
Berry : “iya! Sebenarnya mereka sudah saling marahan sejak kemarin! Ups..”
Lime : “baiklah, aku suka kejujuran!”
Lemon : “mereka marahan karena apa?”
Berry : “mainan dj-09..”
Lime : “oh, mainan yang kita sengaja pajang di kebun istana base camp?”
Berry : “iya, mereka berebut memilikinya untuk diri sendiri, dan mereka mau mencurinya untuk dimainkan sendiri”
Lemon : “sudah kubilang, dj-09 itu membawa malapetaka!”
Lime : “iya, memang. Dengan dipajangnya mainan itu, kita jadi ingin memilikinya dan memainkannya, tetapi kan sudah kubilang kita boleh memainkannya secara bergantian atau bersama-sama kita lihat mainan itu menjadi dj atau juga maksudku dimainkan bersama-sama.”
Berry : “t.. te.. tet.. teta.. tetapi..”
Lemon : “tapi terkadang rasa serakah itu muncul. Ya, kan?”
Lime : “ya!”
Lemon : “sudah, kalian maafan dong! Nanti kita membagi jadwal main dj-09!”
Grape : “benarkah?”
Banana : “oh, ya?”
Lime : “iya!”
Berry : “satu untuk semua dan semua untuk satuuuu!”
(semuanya) : “yeeeeeeah!”

Update Terus - "Asrama Colorful Towers" - part 6

Bab 6
..Steffany..
Dua hari setelah ulang tahun Geliza, mereka menjalani pelajaran seperti biasa. Hari itu adalah pelajaran musik bersama Mr. Julian yang selalu memakai jas putihnya yang selalu rapi seperti komposer. Namun, di hari itu ada yang beda. Bukanlah Mr. Julian yang berbeda, namun sebelum Mr. Julian datang, ada seorang anak dengan rambut sebahu dan berjalan menggunakan seragam Colorful Towers dan topi yang selalu dipakai untuk pelajaran musik. Semua anak-anak kelas satu masih bingung karena wajahnya tertutup topi, ia berjalan biasa dan duduk dibangku tepat di sebelah Geliza. Ia langsung menyimpan tasnya dengan sedikit nada membanting pelan, mirip anak yang marahnya seperti Amy yang memang selalu membanting tasnya seperti itu walaupun tidak sedang marah. Steffany yang baru masuk kelas merasa heran melihat semua anak sekelasnya melihat anak itu dan menyahut “mengapa kalian ini?” lalu Miley berbisik padanya “ada anak baru, mungkin!” dan Steffany tertegun, ia lalu berpikir sedikit dan menatap kepada semua anak di kelasnya. “hey!” seru Steffany “apa kalian tidak sadar itu siapa?” lalu semua anak menggelengkan kepalanya kecuali Steffany sendiri serta yang lainnya (Miley, Laura, Violet dan Geliza) yang tidak berani menggelengkan kepala. “kalian masih bingung?” tanyanya lagi “itu Amy, bodoh! Apa kalian lupa pada dirinya hanya karena ia memakai topi dan sudah seminggu belum masuk kelas?”. Mereka semua diam sesaat dan langsung berteriak “Amy! Itu kau?” mereka pun mengambil topi Amy dan meyakinkan kalau itu memang benar-benar Amy dan itu benar sekali! Itu Amy! Dan tidak kapok-kapoknya Claudia yang sudah lepas dari hukumannya selama seminggu itu juga berkata mengejek “ooh, sungguh terkenalnya dia! Apakah ia artis, huh? Dia hanya penguntit bodoh yang suka melihat orang menangis dan ia akan mencari korban lagi agar ia bisa menguntit lagi!” namun, perkataan Claudia tidak adah yang menanggap, dan Claudia semakin kesal dan pergi keluar kelas, segera berlari ke ruang musik sendirian. Di kelas, semua orang sibuk menceritakan apa saja yang terjadi selama Amy tidak ada dan macam-macam lagi. Mereka semua ribut memeluk Amy dan mengobrol dengannya, bahkan Sherly yang pendiam pun menyapanya walau hanya denga kata-kata “selamat ya sudah sembuh.” dan menjabat tangan Amy sambil tersenyum. Mereka semua senang karena Amy sudah kembali ke kelas setelah ia sakit dan dirawat selama seminggu penuh, bertepatan dengan hukuman Claudia.
Sorenya, setelah pelajaran musik bersama Mr. Julian, mereka berenang dengan bebas karena memang itu bagian anak-anak tingkat satu memakai kolam renang. Sebelum berenang, Amy dan Geliza melihat sekelilingnya. Siapa yang mereka cari? Ya! Mereka mencari Steffany! Ia hilang sejak semua anak sudah keluar dari pakaian ganti dan ia bilang ia mau ke toilet, namun harus sebegitu lamanya, kah? Ia sudah setengah jam di toilet! Pantatnya bahkan bisa lecet karena terlalu lama duduk di kursi toilet! Oh, Steffany dimanakah kau? Geliza semakin cemas dan ia mulai berkeringat dingin. Ia mengerutkan kening dan berpikir, kemudian Geliza mengajak Amy pergi ke toilet kamar ganti untuk mencari Steffany. Namun, sesampainya mereka di toilet, tidak ada siapapun. Mereka mencari di sekitar kamar ganti dan kolam renang, namun sama sekali ia tidak melihat sedikitpun batang hidung Steffany, kemudian mereka akhirnya berenang tanpa Steffany, kemudian, setelah pelajaran renang, mereka langsung mandi, mengganti baju dan pergi ke kamar masing-masing. Mereka melihat ranjang Steffany kosong, tidak ada siapapun, maka mereka memutuskan untuk mencari Steffany di semua penjuru sekolah itu, mulai dari menara para perempuan sampai menara laki-laki! Namun, tak terlihat sama sekali Steffany dan akhirnya mereka memutuskan bertanya pada Nyonya Vallen yang mungkin dapat meminta seseorang membantu mencari Steffany, namun hal itu ternyata tidak memberi kabar baik, namun kabar buruk. Nyonya Vallen bilang kalau Steffany entah mengapa tadi sore tiba-tiba ia asma dan demam tinggi, suhu tubuhnya naik drastis sampai 40o celcius. Tubuhnya sungguh panas dan kini sedang berada di ruang rawat khusus, bukan seperti UGD tempat Amy dirawat waktu itu. Ruang rawat tersebut sangat steril dan bersih dengan nuansa putih bersih yang memberi kesan “rumah sakit” pada ruangan itu. Setelah diberi kabar yang begitu buruk, Amy dan Geliza langsung tertunduk lemas dan keluar dari ruangan Nyonya Vallen tanpa memberi salam apapun. Mereka langsung pergi ke kamar dan meminta jam tidur lebih awal tanpa makan malam, namun mereka semua dilarang tidur lebih cepat tanpa makan malam. Miley dan Laura pun menghibur Amy dan Geliza dengan mengatakan berbagai hal, misalnya Miley bilang “sudah, jangan sedih. Steffany pasti akan segera sembuh, kok! Palingan dua sampai tiga hari lagi Steffany sudah keluar dari ruang rawat, kok. O, ya! Makan malam hari ini ayam panggang kesukaan Amy, krim sup kesukaan Geliza, dan minumnya susu cokelat, loh!” namun, itu membuat Amy berkata “susu cokelat itu kesukaan Steffany setiap makan malam..” lalu, Miley merasa bersalah dan menutupi mulutnya dengan tangannya “ups..” ucapnya. Dan, akhirnya Amy dan Geliza terpaksa makan, agar tidak dimarahi oleh Miss Lauren atau siapapun. Setelah makan malam, mereka langsung belajar malam selama setengah jam dan akhirnya tidur. Amy hampir tidak bisa tidur sampai fajar hampir menjelang, yaitu jam tiga pagi. Ia pun tidur sekitar jam setengah empat pagi, sementara Geliza sudah tidur dari jam satu pagi, walaupun sudah termasuk telat tidur, namun tidak separah Amy.
Di pagi hari itu, Amy tampak murung. Ia hanya diam sepanjang hari, tanpa bicara pada siapapun kecuali dirinya sendiri dan Geliza. Ia terus memikirkan Steffany yang biasanya selalu ceria dan sehat. “Hey, Amy! Jangan terus bersedih, aku punya kabar baik tentang Steffany, nih.” sahut Geliza “apa?” tanya Amy dengan dihiasi sedikit senyum di wajahnya “Steffany sudah pindah ke UGD, dan sudah boleh di jenguk sore nanti, Amy!” seru Geliza dengan senyum “benarkah?” tanya Amy tak percaya “iya! Benar!” sahut Geliza tersenyum lagi. Mereka pun berubah perasaan menjadi sangat bahagia dan wajah mereka terhias senyuman.

"Be Yourself", Tiffany

Jika kamu mau mencari aku, kamu nggak akan semudah itu menemukanku. Karena, jelasnya aku nggak punya ciri khas sama sekali. Ya, kamu boleh bilang aku nggak Pede sama diriku sendiri, kamu boleh bilang aku nggak “be my self”. Karena itu memang benar, it’s really-really a fact. Aku selalu ngikutin berbagai gaya artis, model, penyanyi atau bahkan cuma gaya Queen Bee-nya sekolah, Si Marsha Cruella! Kalau mau mencariku, katakan namaku, Steffany Sunny, atau bisa kau panggil Tiffany serta kelasku, kelas 8-B. Aku nggak pernah Pede sama diriku, karena aku rasa ya aku nggak punya style! Aku nggak bisa semudah itu berpakaian dengan “matching” padahal kata temanku, “matching” itu bukan berarti kita harus berpakaian satu warna, kalau begitu style kita malah “mati” warnanya. Huh, tapi aku nggak pernah merhatiin nasehat dari Astrid itu. Bukan berarti aku tetap memakai baju senada dan sewarna, tapi aku tetap ngikutin gaya orang orang. Semua in bermula dari komentar dan ejekan dari Mindy, anak kelas 8-C yang super nggak enak. Dia bilang “eh, temen-temen! Tau nggak, Tiffany dari kelas 8-B? dia nggak fashionista banget, deh! This is not gossip, friend! Dia ga fashionista, sekarang kan lagi nge-trend gelang mutiara yang pink, eh sekarang dia malah masih suka pakai gelang perak jelek yang udah penuh debu itu! Gelang logam dan perak kan trend bulan kemaren! HAHAHA..!” *glek* aku langsung kaget menelan ludahku saat tau persoalan itu, dan aku langsung ngga Pede dan ngelepasin gelangku. Mulai beberapa hari itu aku berubah, selalu ngikutin trend, tapi selalu ngikutin gaya artis juga, terutama gayanya Lenka, Jessica “SNSD”, Beyonce Knowles dan Sherina Munaf. Beberapa kali si kembar Astrid dan Ashley mengingatkanku dengan kata-kata “be yourself” dan selalu ku ingat itu. Tapi, bagaimana lagi? Toh, ini diriku yang sekarang! Dan terkadang aku benci dengan kata-kata mereka. Rasanya ingin sekali memarahi mereka. Tapi, beda lagi dengan Cassy yang hanya diam dan membuatku senang sebagai temannya. Memang terkadang Cassy juga mengingatkanku, namun caranya berbeda. Ia hanya berkata pelan dan membawa peringatan itu dengan santai. Contohnya, saat aku mau berpakaian “full” ala Sherina, dia mengingatkanku untuk tak sepenuhnya berpakaian Sherina, dan ia menyarankanku untuk mengganti boots, celana, jam tangan, dan jaket kulitku dengan high heels, rok, gelang tali dan cardigan. Dan ternyata setelah dipadukan, itu sangat manis, stylish dan tetap ada kesan Sherina-nya. Selain itu, Cassy tak akan memaksaku mengganti baju bila aku benar-benar nggak mau. Sampai, suatu hari aku bermimpi kalau ada semua orang yang pernah aku tiru berkumpul di depan rumahku. Awalnya, aku nggak ngerti mengapa dan ada apa, tapi di mimpiku semuanya protes, ga suka aku tiru “full”. Akhirnya aku terbangun ketika Sherina baru datang di mimpiku, dan aku mulai merasa sedikit kesadaran kalau aku nggak bisa seenaknya dan selamanya meniru gaya orang lain. Sampai sore harinya, aku ngobrol sama Cassy. Aku cerita soal mimpiku tadi malam yang lumayan menyadarkanku akan kata-kata Astrid, Ashley dna Cassy yang selalu mengingatkanku bagaimana menjadi diriku sendiri, dan sore itu Cassy bilang “nah, kamu sudah dapat hikmahnya kan? Bagaimana kalau semua itu terjadi? Aku nggak yakin kalau artis-artis tau, tapi bagaimana dengan si Queen Bee, Marsha Cruella? Atau Miss School, Priscilla Moredan? Mereka lama-lama juga akan tau gayamu yang sama seperti mereka. Jadi bagaimana, Tiffany?” dan perkataan Cassy itu benar, aku nggak mungkin terus-terusan seperti ini. Dan saat esok hari, jelas aku bingung mencari-cari baju yang bukan gaya artis, dan akhirnya aku meminjam baju kakakku. Jelas kakakku kaget dan bingung “mengapa dia harus meminjam bajuku? Bukankan ia punya ratusan baju?” mungkin itulah yang jelas terpikir olehnya. Namun, aku tak menghiraukan pemikirannya. Maka, akupun pergi ke acara fun miss school di sekolah dengan menggunakan kaus berlengan sampai siku warna pink, rok jeans biru selutut, sepatu sneakers warna cream-ku, gelang bintang berkilauan dan membawa tas pandapple kesayanganku. Aku samasekali nggak peduli sama apapun yang akan dikatakan orang-orang, karena ya ini my style, and this is really-really my truth style. Aku pun datang ke sekolah dan banyak yang memperhatikanku dan mulai berkata “itu gaya siapa?” mereka masih mengira aku adalah tukang tiru, tapi bukan. Kini inilah aku yang selalu tampil dengan sentuhan jeans dan warna pure. Dan akhirnya baju-bajuku tak selalu kupakai satu gaya dari atas ke bawah, namun lebih sering ku acak. Kadang gaya Lenka kupadukan dengan gaya Sherina atau yang lainnya. Apa yang selama ini Cassy katakana benar, dan memang aku tak bisa selamanya seperti ini. Terimakasih, Cassy, Astrid dan Ashley! Kalian memang sahabat terbaikku!

Update Terus - "Asrama Colorful Towers" - part 5

Bab 5
Happy Birthday!
Setelah Steffany dan yang lainnya menjenguk Amy, mereka langsung masuk kelas dan belajar bahasa inggris bersama Miss Davina. “good afternoon, children! Today the subject is about friendship. Do you know friendship?” sapa Miss Davina lembut, kemudian Steffany mengangkat tangan. “yes, Miss Brown!” “I have the answer! Friendship is called ‘persahabatan atau pertemanan’ in Indonesia!” seru Steffany menjawab. “your answer is right, Miss Brown! I know, you are smart, Miss Brown!” seru Miss Davina senang. Mereka pun belajar bahasa Inggris, sesuai subyek atau hal yang sudah dibahas oleh Miss Davina, friendship atau pertemanan.
Setelah pelajaran selesai, Geliza menatap jam tangannya dan terlihat sudah jam empat sore. Ia celingukan mencari Steffany, namun Steffany tidak ada. Kemudian ia celingukan lagi mencari Violet, sama saja, tidak ada! Kemudian ia bingung mencari teman yang mau diajaknya ke ruang rawat Amy. “siapa, ya? Marie? Tidak. Sherly? Nggak mungkin. Vanny? Lebih nggak mungkin lagi, ia bisa menangis tersedu-sedu bila melihat keadaan Amy. Berarti paling tidak Miley dan Laura! Tapi satu saja, deh. Siapa, ya?” ia celingukan lagi, dan ia tidak melihat Miley ataupun Laura. “mungkin Laura sedang sibuk dandan. Kalau Miley? Mungkin ia sedang tertawa meledak disuatu tempat, semoga kepalanya tidak ikut meledak!” batinnya dalam hati. Lalu, dengan pasrahnya ia pergi ke ruang rawat Amy sendirian. Pertama-tama, ia melihat dulu dari luar melewati kaca jendela yang terletak di pintu. Terlihat jelas ada Amy yang sedang tidur lelap. Geliza pun pasrah dan langsung pergi ke menara merah muda, yang dimana biasanya banyak anak yang sedang melakukan apapun, mulai dari yang membereskan kamar sampai hanya sekedar menyejukkan diri di depan AC sambil bersantai. Namun, saat ia sampai di menara merah muda, tak terlihat siapapun. Dengan lelahnya, ia pun duduk-duduk dikasurnya, namun ketika ia duduk-duduk terdengar suara anak-anak dari kelas. Ia pun segara bergegas pergi ke dalam kelas, namun tak terlihat siapapun, dan terdengar lagi suara anak-anak lain dari ruang tertutup (sebenarnya itu ruang musik tanpa jendela, hanya ada ventilasi kecil dan harus selalu menyalakan lampu). Namun, saat ia memasuki ruang tertutup, tampak lampu yang tidak dinyalakan, jadi ia yakin tidak ada siapapun di ruang segelap itu, tetapi ia akan menyalakan lampunya karena tidak biasanya ada yang mematikan lampu ruang tertutup itu, apalagi ventilasinya ditutupi oleh tirai tipis.
Geliza langsung menyalakan lampu. Nut... terdengar suara tombol lampunya, dan langsung terdengar teriakan “HAPPY BIRTHDAY, GELIZA!” dan Geliza pun kaget bercampur senang. Terlihat Steffany dan Violet yang memegang kue ulang tahun, terlihat lilin berbentuk angka sebelas. Ini memang ulang tahun Geliza yang ke-sebelas. “bagaimana kalian bisa tau hari ini ulang tahunku?” tanya Geliza senang “kami diberitahu Miss Lauren dan Miss Davina tentang ulang tahunmu dari data murid, dan kami berencana melakukan kejutan ini sekaligus meminta Amy pura-pura tidur. Hehe..” jawab Steffany sambil senyum.
Kemudian, mereka mengadakan ulang tahun Geliza itu dengan kue dan berbagai kado dari teman-teman Geliza. Selain itu, Miss Lauren dan Miss Davina juga memberi hadiah spesial, dari Miss Lauren ia mendapat sebuah kotak pensil berserta isinya dengan suasana berwarna oranye, sementara dari Miss Davina ia mendapat sebuah buku cerita bahasa Inggris yang sangat lucu. Steffany memberi hadiah sebuah piyama berwarna biru dan ia juga membawa hadiah dari Amy yaitu sebuah kalung persahabatan berwarna silver. Geliza sangat terharu melihat kejutan spesial ini dan meniup lilin kuenya dengan penuh haru. Ia hampir menangis melihatnya. Ia memeluk kedua temannya itu (Steffany dan Violet) sambil tertawa bahagia.
Setelah memeluk teman-temannya itu, ia langsung menutupi matanya dengan tangannya. Tangannya langsung basah dipenuhi air mata bahagianya, dan Violet menawarkan sehelai tisu untuk mengelap wajahnya yang penuh air mata bahagia. Geliza tidak membayangkan kalau ia akan mendapatkan kejutan seperti ini dihari ulang tahunnya. Ia ingin sekali tertawa senang. “oh, teman-teman! Kalian baik sekali padaku. Terima kasih banyaaaaaak!!!” ucapnya bahagia. Geliza pun langsung memotong kuenya dan menaruhnya ke atas piring kecil. Ia bingung mau memberi potongan pertama kepada siapa, lalu ia mengajak Steffany dan Violet keluar bersamanya dan semua yang ada di ruangan itu pun mengikutinya dan ternyata Geliza memasuki ruang rawat Amy. Ia mau memberikan potongan pertama itu pada Amy! Oh, baiknya Geliza! Disana, Amy langsung menangis bahagia sambil memeluk sahabatnya itu.

Update Terus - "Asrama Colorful Towers" - part 4

Bab 4
Amy di UGD, Claudia di Ruang Sidang dan Aksi Steffany
Di dalam persidangan kesalahan Claudia, pemimpin sidang masih mencari saksi ahli, dan Sherly mengajukan diri untuk menjadi saksi. Sherly berkata “saat kejadian itu, aku berada diluar kamar, saat aku mau masuk kamar, a.. aku.. seketika melihat dulu keadaan da.. dalam ka.. kamar. Namun, aku melihat a.. ada Claudia dan a.. Amy yang terlihat bah.. bahwa Claudia sedang mendorong a.. Amy sambil menangisi gelangnya yang ti.. tidak apa-apa, tidak ada kerusa.. kan.. tadinya ku.. kukira karena gelangnya dirusak.. ter.. nyata.. tidak..”. “HAH? IA ADA DISANA TADI? Tapi, mengapa ia tidak membantu salah satu diantara aku dan Amy?” batin Claudia dalam hati “oh, dia ‘kan pemalu dan selalu tertutup!”. Namun, seketika untuk memperbaik keadaan, Claudia angkat tangan dan berkata “AKU MAU BERKATA APA SEBABNYA AKU MENDORONGNYA!” “ia selalu mengikutiku setiap hari.”. “itu mungkin ada sebabnya. Mungkin karena ia ingin tau mengapa kau selalu menangis setiap malam!” teriak Steffany yang baru saja memasuki ruang sidang “tetapi aku sudah tau apa sebabnya. Selama ini aku sudah tinggal bertahun-tahun di seberang rumahmu. Kau ini memang anak manja. Setiap sore aku melihatmu duduk di depan teras sambil memeluk ibumu! Setiap sore kulihat itu. Sementara aku selalu iri, karena ibuku kerja setiap hari dan kurang memperhatikanku! Maka dari itu, sekalinya kau ditinggal ibumu, kamu langsung menangis setiap waktu tanpa dilihat siapapun. Kamu yang bersifat keras tidak mau dilihat sebagai anak yang lemah di suatu waktu. Sementara aku yang sudah selalu kuat berpisah dengan ibuku, sehingga aku tidak terlihat menangis di setiap hari. Tetapi aku rasa kamu sama sekali tidak merasa menyesal setelah mendorong Amy sangat keras! Ia juga sahabat kita, Claudia!” “hah? Sahabat kau bilang? Ia penguntit! Aku benci padanya.. bencii! Aku benci padamu juga, Steffany! Apa yang kau katakan selalu menyakitiku! Itu benar apa perkataanmu benar! Ya, itu semua benaaaar sekalii, Steffany jelek! Kau iri, kan? Iri saja sendiri, anak jeleeeeek!” ucap Claudia keceplosan. Nyonya Vallen yang mendengar itu tentu marah dan langsung memberitahu kalau Claudia akan langsung dihukum, yaitu harus tinggal di ruang hukuman selama dua minggu, tidak diperbolehkan memasuki kelas selama dua minggu, dan harus menerima pelajaran tambahan bahasa spanyol di saat ia sudah boleh masuk kelas selama seminggu. Claudia tentu kesal pada Steffany yang membuatnya keceplosan.
Didepan ruang UGD, Geliza dan Violet saja yang menunggu pengobatan Amy, karena yang lainnya sudah pergi ke ruang rapat. Untuk apa? Pastinya untuk membahas soal Amy dan Claudia. Seketika muncul Steffany yang datang dari ruang sidang dan duduk diam disebelah Geliza. “bagaimana? Kesaksiamu berhasil?” tanya Geliza dengan sedikit rasa cemas yang menghantuinya. “ya, berhasil. Bagaimana kabar Amy?” tanya balik Steffany. “jururawat tadi berkata mungkin Amy harus diobati beberapa lama lagi. Mereka sudah memanggil dokter dari kota, dan katanya sore ini hanya bibi Amy saja yang akan datang, bibi Kelly. Aku harap bibi Kelly adil dan dapat memberi hukuman yang lebih adil untuk Claudia.” Seketika jururawat tampak keluar ruang pengobatan, dan mengabarkan bahwa setengah jam lagi Amy sudah dapat dijenguk. “lukanya tidak terlalu parah. Hanya sedikit kulitnya terkelupas dan berdarah, tulangnya tak masalah, tidak ada pergeseran satu millimeter pun, tak masalah. Kakinya hanya terkilir, sakit ringan.” Kabar jururawat yang baru keluar. “aah.. terimakasiih! Untung Amy tidak apa-apa!” batin Steffany dan Geliza dalam hati, sementara Violet hanya tersenyum senang. Mereka pun segera berlari ke ruang rapat dan mengabarkan kabar baik tentang Amy, lalu memberitahukan juga pada Miss Lauren, Miss Davina, dan Nyonya Vallen. Rapat Claudia pun tertunda, semuanya berlari segera ke depan ruang UGD untuk mengetahui keadaan lengkapnya Amy.
Setengah jam kemudian, Steffany, Geliza dan Violet masuk menjenguk Amy. Sekarang, Amy sudah terlihat cukup sehat, walau wajahnya masih agak pucat. Amy berkata “walaupun daritadi aku berada diruang UGD, aku tidak pingsan, bahkan aku mendengar kesaksian Steffany, Sherly, dan bantahan Claudia. Aku senang, jururawat menghiburku selama lukaku diobati sedikit demi sedikit. Aku sama sekali tidak merasa sakit, malah aku sangat-sangat senang, karena kata jururawat kalian menungguiku didepan sampai aku bisa dijenguk. Benarkah apa kata jururawat itu?” “ya, benar sekali, teman.” Jawab Geliza “teman? Terimakasih Geliza! Aku temanmu? Berarti kau juga temanku, ‘kan!” seru Amy senang. “ya, kau teman kami semua!” lanjut Steffany yang disambut oleh senyum manis Violet. “senangnya!” seru Amy sangat semangat. Mereka semua pun bercanda tawa selama beberapa lama, sampai jam masuk kelas, satu jam kemidian. Amy masih belum boleh masuk kelas, tetapi masih harus berada di UGD beberapa hari lagi. Sebelum semuanya keluar, tiba-tiba Amy berseru “Steffany! Ada yang mau aku tanyakan!” “ya, apa?” Tanya Steffany. “kamu dulu tetangga Claudia, kan? Apa kau tau tentang gelang Claudia?” tanya Amy “ya, tentu saja! Aku tau tentang gelang itu. Gelang itu ia dapat dari hasil ia menjahili teman baiknya sendiri di sekolah yang dulu, aku juga dulu satu sekolah dengannya. Ia mencuri gelang itu, tetapi kini ia menyesal seumur hidup. Ia selalu menangisi gelang itu. Memang ada apa?” jawab dan tanya Steffany. “begini, aku kenal dengan gelang itu. Dulu ada saudaraku yang sebaya denganku, ia pindah entah kemana saat umurnya masih sekitar dua atau tiga tahunan, dulunya kami selalu bermain. Tadinya aku takut kalau saudaraku itu Claudia, karena nama tengah Claudia ‘kan Maura, dan dahulu saudara sepupuku itu dipanggil Maura juga. Apa nama temannya itu ada Mauranya? Karena waktu kecil aku tidak terlalu hapal dengan namanya. Kalau tidak salah Clara Maura Laulavea Bintang” jawab dan tanya Amy. “ya. Nama temannya itu mirip dengan nama yang kau sebutkan, hanya beda sedikit, Clara Maura Laulavealla Bintang.” Jawab Steffany. “Hufh, untung ternyata bukan Claudia saudaraku! Tak apalah, ya sudah. Daah!”

Sunday, June 27, 2010

Update Terus - "Asrama Colorful Towers" - part 3

Bab 3
Amy, Claudia, dan Hari Itu
Hari ini adalah pelajaran matematika yang diajarkan oleh Miss Lauren, dan dilanjutkan dengan pelajaran bahasa Inggris oleh Miss Davina. Mereka mengikuti pelajaran dengan baik, dan seperti biasa Amy kembali ‘blank’ di saat melihat Miss Davina yang sangat anggun memasuki kelas. Kali ini yang menyadarkannya Steffany. Dan untungnya, Amy duduk dibangku paling-paling depan, tepat di depan meja guru. Keberuntungan besar! Amy jadi bisa mendengar cukup jelas. Seketika, telinganya terasa ‘plong’. Ia mulai mendengar suara sangat jelas. Ia bahagia sekali. “aah..” ucapnya senang. “bagaimana? Are you alright, Miss Darwin? Aku harap kau benar-benar sehat sekarang!” Tanya Miss Davina padanya. “Yes, Miss. Now my ear not get hurt again.” Jawab Amy senang dan asal-asalan bahasa inggrisnya. Kemudian, hari itu seperti sangat panjang dan dipenuhi oleh kelas Miss Davina. Waktu istirahat makan siang, Amy langsung memasuki ruang makan untuk makan siang. Dilihatnya makanan-makanan yang bermacam-macam. Ia pun mengambil semangkuk mesh potato, sepotong ayam panggang dan segelas jus jeruk. “lezatnya!” batinnya dalam hati sambil melahap makanannya. Ia celingukan di dalam ruangan itu, ia mencari Claudia! Tetapi, Claudia tidak ada. Mengapa sih Claudia lagi? Entah mengapa Amy masih penasaran dengan Claudia.
Seusai makan, Amy langsung berlari menuju menara pink dan memasuki kamar bersamanya untuk mencari-cari Claudia. Aha! Terlihat Claudia yang sedang menangis tersedu-sedu di ranjangnya lagi seperti tadi malam. Tetapi, kali ini ia menangisi sebuah gelang yang indah yang terbuat dari kayu. Ia tampak mengetahui gelang itu, gelang itu tampak familiar baginya. Gelang itu.. gelang itu.. o, ya! Seperti gelang sepupunya yang dahulu pindah jauh dari rumah keluarga besarnya. Terakhir ia bertemu sepupunya saat ia berumur dua tahun. Seingatnya, panggilan sepupunya itu adalah Maura. Loh! Bukannya itu nama tengah Claudia? Nama Claudia kan “Claudia Maura Pelangi”! Apa sebenarnya hubungan Amy dan Claudia? Mereka nggak saling kenal. Samasekali tidak pernah bertemu dengan Claudia sebelumnya. Amy tidak pernah merasa melihat Claudia sebelumnya, sebegitu pula dengan yang diarasakan oleh Claudia. Namun, gelang itu mungkin akan memberi petunjuk!
Setelah ia memperhatikan Claudia, terdengar suara lonceng tanda masuk kelas. Sebelum terlihat Claudia, Amy bergegas pergi ke kelasnya. Kemudian ia selalu melewati harinya dengan mengawasi Claudia, tetapi suatu hari ia kepergok oleh Claudia karena ia terlalu dekat memperhatikannya. Claudia yang tadinya menangis tersedu-sedu jadi merasa emosinya memuncak, ia tidak pernah suka kalau ada yang melihat dirinya yang keras menangis seperti orang lemah. Saking marahnya, Claudia tidak tahan lagi dan mendorong Amy sampai terjatuh menabrak meja, punggungnya terbentur keras, kakinya terpeleset sampai terkilir. Namun, dengan sabarnya Amy hanya berteriak kencang “kamu jahat, Claudia! Kamu jahat!”, suara itu terdengar sampai menara kuning dan membuat semua orang mendatanginya. “Amy!” jerit Steffany yang pertama kali mendatanginya “ini pasti ulahmu Claudia! Dasar keterlaluan! Apa sih salah Amy? Pasti kesalahannya tidak melebihi doronganmu! Aku yakin itu. Ia paling parah pun hanya ingin menemuimu, tetapi kamu sedang menangis dan tak suka, ya kan? Aku sudah tau sifatmu.” Claudia tidak menjawab. Wajahnya jelas merah padam karena malu dan takut, keringatnya tak berhenti mengucur dari pelipis hingga dagunya. Giginya menggeretak, kaki dan tangannya lansung lemas. “oh, apa salahnya? Aku tau kalau aku sangat benci dia! Dia selalu mengikutiku. Tetapi mungkin disebabkan sesuatu, ya?” batin Claudia dalam hati tanpa rasa menyesal. Tadinya Claudia mau kabur, namun sudah terlalu banyak orang yang datang, termasuk Miss Lauren, Miss Davina, dan bahkan Nyonya Vallen juga datang. “ada apa ini?” Tanya Nyonya Vallen pada Steffany dan Geliza yang menopang tubuh Amy yang lemah. “ia jatuh didorong!” teriak Steffany “oleh Claudia, nyonya..!” lanjut Geliza. “BERANINYA, MEREKA!” batin Claudia dalam hati sambil marah. Jantung Claudia pun berdebar lebih kencang, seperti orang yang sudah mau ditembak dari jarak dekat, sangat-sangat dekat. “CLAUDIA!? SI ANAK BARU ITU? KETERLALUAN SEKALI!” teriak Nyonya Vallen marah. Nyonya Vallen langsung meminta Miss Lauren membawa Claudia ke dalam ruang rapat sidang. Ia meminta Peach, anak tingkat dua untuk memimpin persidangan kesalahan itu, sementara Amy langsung dibawa ke ruang UGD asrama di menara kuning oleh Steffany, Geliza, Violet, Laura dan dua orang jururawat menggunakan kursi roda. Jururawat berkata kalau Amy mungkin harus banyak diobati.
Sepanjang Amy masih diobati, Steffany, Geliza, Violet, dan semua teman-temannya berdoa sepanjang hari untuk kesembuhan Amy. Mereka harap Amy tidak apa-apa, dan Claudia di adili dengan baik dan jujur. Teman-teman Amy dengan tegang duduk terdiam di kursi tunggu.

Saturday, January 2, 2010

Update Terus - "Asrama Colorful Towers" - part 2

Bab 2
Hari Pertama
Hari ini dimulai dengan pelajaran bahasa spanyol. Yang mengajar adalah Sra. Dulce (sra adalah singkatan untuk sebutan nyonya dalam bahasa spanyol, yaitu senora). Sra. Dulce sangat baik hati dan ramah. Ia mengajarkan bahasa spanyol pelan-pelan. “Parece que hoy me estaba ensenando a una nueva clase, eh?” dan ada bebrapa anak yang menjawab “Si, senora!” dan anak lain hanya mengikutinya saja. Menurut Amy, hari ini sangat membosankan, walaupun belajar di hari pertama ini hanya seperempat hari, sampai pukul duabelas siang tepat, dari pukul sepuluh tepat.
Setelah kelas selesai, mereka semua makan siang. Anak-anak tingkat dua sangat baik, tidak seperti anak tingkat tiga yang suka mengejek. Saat makan siang, mereka melihat hidangan yang enak-enak. Anak-anak tingkat dua dengan ramah memperkenalkan namanya masing-masing sambil membereskan meja makan yang sangat besar. “aku sudah tau, memang semuanya yang di tingkat dua baik!” ucap Steffany sambil menyiapkan garpunya. Sementara, sekali lagi, Amy kembali dalam keadaan ‘blank’ sambil memperhatikan makanan yang sangat lezat itu. Mulutnya ternganga sambil memperhatikan betul hidangan tersebut. Terlihat ayam panggang, steak daging saus jamur, kentang, sayur-sayuran dan sebagainya. Namun, ia kembali sadar saat Geliza menepuk pundaknya. “hey!” seru Geliza untuk menyadarkannya. Amy kembali ke alam sadarnya. Ia pun langsung makan dengan lahap.
Kemudian, sore datang. Sekarang giliran anak tingkat satu memakai kolam renang. Amy pun menyiapkan pakaian renangnya dan berkumpul bersama teman-temannya. Mereka masuk kolam bersamaan kecuali Vanny dan Sherly yang tidak mau turun karena keduanya punya berbagai masalah. Sherly yang tertutup dan Vanny yang tertekan, agaknya Vanny juga tertekan kalau memasuki kolam renang. Sementara, sifat Sherly itu membuat dirinya sendiri tidak berani dan semakin tertutup, ia bilang ia lebih suka diam saja. Di dalam kolam renang, Steffany menunjukkan gaya menyelamnya bersama juga Amy. Mereka memperlihatkan berbagai gaya aneh. Miley pastinya tertawa meledak, membuat kaget semua orang. Setelah mereka keluar kolam, Amy sadar kalau telinganya kemasukan air kolam. “sepertinya aku tuli!” ucapnya dengan suara aneh yang disebabkan oleh air kolam yang masuk ke dalam telinganya. “ya ampun, Amy kecil! Mengapa kau?” Tanya Steffany agak kencang “TULI! Namun, tampaknya sementara!” teriak Amy “hey, aku tak tuli juga!” keluh Steffany yang mendengar sebegitu kencangnya Amy bicara. “hah? Aku tau kamu.. kamu nggak tuli, ya? Tapi aku yang merasa aku bicara sangat-sangat pelan. Aku harap ini segera sembuh.” Ucap Amy lagi teriak. “whooy! Kuperingatkan sekali lagi! AKU TIDAK TULI JUGA!” teriak Steffany kesal namun merasa kasihan juga dengan Amy yang pendengarannya menjadi kurang baik. Ia juga jadi berharap Amy kembali pulih dan bisa bicara dan mendengar normal kembali.
Sekarang malam baru datang. Hawa dingin yang sangat menggigit tubuh terasa. Karena tidak tahan, Miley langsung menutup jendela dan tirainya. Saat Marie juga diminta menutup jendela, ia tak berani, karena dari jendela terlihat pemandangan ke bawah yang sangat menakutkan. Ya, kau kenal Marie takut ketinggian, maka Violet berbaik hati menutupkan jendela itu dan menenangkan Marie yang ketakutan. Setelah pukul setengah sembilan malam tiba, dan mereka semua tidur di ranjang masing-masing, tetapi Amy masih belum tidur sampai pukul sebelas malam, karena masih merasa tidak enak yang disebabkan oleh air di telinganya. Sementara, terlihat juga Claudia yang belum tidur dan masih menagisi foto ibunya yang sudah dibingkai. Tak tahan mendengar itu, Amy segera bangun dari ranjangnya, menggunakan gaun kamar dan menghampiri Claudia diranjang paling pojok. “hey, Claudia..!” bisiknya pada Claudia, namun Claudia tak memperdulikan bisikan Amy, ia malah melanjutkan tangisannya dibalik bantal dan meminta agar Amy pergi, namun Amy tidak dapat mendengar bisikan Claudia. Sudah tau sebabnya, kan? Amy malah semakin mendekat pada Claudia dan menenangkannya. Tetapi Claudia malah semakin sembunyi dan Amy terpaksa kembali ke atas ranjangnya. Di atas ranjangnya, Amy berpikir mengapa anak yang sesombong itu bisa cengeng dimalam ini? Entah mengapa, diluar Claudia bersikap keras, namun didalam tampak hatinya yang lembut dan sayang orangtuanya. Amy masih tidak mengerti apa maksud Claudia bersifat seperti itu. Selama berpikir, lama-lama ia tertidur lelap.
“Banguun! Banguun!” teriakan di pagi itu jelas suara Steffany yang membangunkan mereka di pagi hari. Amy yang masih lelah terbangun, ia masih memikirkan Claudia, tetapi memang ada yang bilang Claudia manja dan adalah anak tunggal yang disayang. Sebenarnya apa sih yang dimaksudkan Claudia?